https://www.inspirasipapua.id/wp-content/uploads/2024/12/IMG-20241215-WA0027.jpg

Penganan HIV Merupakan Tanggung Jawab Bersama, Bukan Hanya Dilakukan Dinas Kesehatan Teluk Bintuni

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni Franky D. Mobilala, SKM, M.Kes ketika diwawancarai. IP-IST
Bagikan berita ini

Views: 4

Penganan HIV Merupakan Tanggung Jawab Bersama, Bukan Hanya Dilakukan Dinas Kesehatan Teluk Bintuni

BINTUNI, InspirasiPapua.id- Perkembangan kasus HIV di kabupaten Teluk Bintuni hingga tahun 2022 telah mencapai 500 lebih kasus berdasarkan data bidang prncegahan dan pengendalian penyakit (P2P) pada Dinas Kesehatan Teluk Bintuni.

Dengan perkembangan pengidap HIV yang cukup tinggi di kabupaten Teluk Bintuni menjadi ancaman bagi penduduk Teluk Bintuni.

“Terkait hal itu penanganan HIV di Teluk Bintuni merupakan tanggung jawab bersama tugas kita bersama dan itu bukan hanya tugas dari Dinas Kesehatan Teluk Bintuni.

Dimana penangananya perlu dilakukan secara serius bersama-sama baik oleh sekolah-sekolah, tokoh agama, tokoh adat serta tokoh perempuan.

Kita sudah harus berbicara soal penanganan serta pencegahan HIV kalau ini kita tidak lakukan mulai sekarang maka suatu saat orang Papua bisa punah. Karena kasusnya saat ini sangat tinggi khususnya di kabupaten Teluk Bintuni,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni Franky D. Mobilala, SKM, M.Kes, Rabu (21/09/2022) kepada wartawan.

Pada dikonfirmasi di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni di Kilometer 06 distrik Bintuni.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni itu meyebutkan bahwa perkembangan HIV di Teluk Bintuni dari waktu ke waktu melonjak tajam.

“Dimana sebelum Bintuni menjadi kabupaten waktu itu saya bertugas di Puskemas Bintuni pada tahun 90-an kasus orang mengidap HIV yang ditemukan waktu itu hanya 1 sampai 2 orang saja.

Tetapi ketika saya waktu itu memegang program HIV waktu kabupaten ini mulai terbentuk pada tahun 2003 hingga 2005 kasus HIV mulai belasan sampai puluhan kasus atau 15 hingga 20 orang yang didapati positif HIV.

Selanjutnya perkembangan kasus HIV ini cepat sekali dan data kami terakhir itu yaitu kasus HIV di Teluk Bintuni saat ini sudah sekitar 500 kasus orang positif di kabupaten ini.

Dimana dari 500 lebih kasus itu ditemukan anak-anak sekolah ada yang sudah positif HIV yaitu dari tingkat SD, SMP hingga SMA serta lebih banyak ditemukan ibu rumah tangga.

Ibu rumah tangga ini mengidap HIV lebih banyak akibat tertular dari suami yang jajan kemana-mana akhirnya tertular dan akhirnya istri juga ikut tertular dan positif HIV. Selain itu juga menular ke anaknya sewaktu masih dalam kandungan sehingga ada bayi yang juga mengidap HIV,” papar Mobilala.

Melihat perkembangan HIV saat ini, Kepala Dinas Kesehatan Teluk Bintuni itu juga berpesan kepada seluruh masyarakat di kabupaten Teluk Bintuni agar takut kepada Tuhan. Sebab kalau kita takut Tuhan maka kita tidak bisa berbuat di luar apa yang dikenadaki oleh Tuhan.

“Mari kita setia kepada pasangan yaitu istri dan istri juga harus setia kepada suami dan jangan ada lagi tertular agar cenderawasih-cenderawasih kita di Papua tidak punah.
Pencetus adanya HIV yaitu pertama orang punya duit biasanya larinya ke miras dan kedua kalau sudah miras pasti lakukan sek bebas. Kita lihat seks bebas sekarang menjalar kemana-mana.

Kita bisa lihat anak-anak muda dengan mudah nonton film porno setelah itu mereka bisa prakatekkan ke sesama teman dan mereka tidak pakai kondom akhirnya terjadi penularan.

Dan ini terbukti dengan adanya anak-anak SD, SMP dan SMA yang sudah positif HIV. Kita bisa lihat tingkat penularan di teluk Bintuni semakin tinggi maju kena dan mundur kena.

Sehingga saran saya lebih baik tenang di tempat jaga diri dan keluarga, selamatkan Teluk Bintuni serta selamatkan Papua,” tutur Mobilala.

Franky Mobilala juga menambahkan bahwa penularan HIV marak di Teluk Bintuni ketika Kopermas bermunculan di era awal tahun 2000-an yaitu masyarakat pemilik hak ulayat diberikan kekebasan mengolah kayu.

“HIV masuk melalui perusahaan-perusahaan kayu dan pekerja-pekerja seks waktu itu merajalela masuk sampai tembus ke perusahaan karena waktu itu uang banyak di perusahaan dan masyarakat. Sehingga anak-anak pun saat itu sampai pegang uang seratus ribu.

Pengalaman saya pernah mewawancarai seorang pekerja seks dan dia mengatakan bahwa di Bintuni pendapatannya bagus karena dia bisa mendapatkan 1 hari jutaan rupiah dari pelanggan. Dimana 1 hari dia bisa layani 3 sampai 5 pelanggan. Dan kita tidak bisa melarang mereka.

Terkait hal itu maka saya himbau kepada seluruh masyarakat Teluk Bintuni agar menjaga diri dan keluarga serta juga peran tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama serta tokoh pemuda agar banyak bicara soal bagaimana mencegah serta mengatasi agar HIV ini tidak berkembang,” pungkas Kepala Dinas Kesehatan itu. (01-IP)


 

About Post Author

banner x600 banner x600 banner x600 banner x600 banner x600 banner x600 banner x600 banner x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *