Views: 147
BINTUNI, InspirasiPapua.id– Siapa yang dapat mengetahui nasib seorang H. Sakka (54 Tahun) yang dulunya hidup susah atau masih nol dan tidak memiliki aset hingga berhasil merubah hidup keluarganya lebih baik dengan memiliki beberapa aset usaha yaitu penyewa kapal pengangkut barang-barang di wilayah pesisir Teluk Bintuni dan juga salah satu pengumpul biji dan bunga pala di Bintuni.
Tentunya semuanya itu dia dan keluarganya raih tidak mudah tetapi melalui perjuangan dan kerja keras dalam menjalankan usaha yang dilakoninya bersama anak-anaknya saat ini.
Haji Sakka adalah seorang turunan pelaut ulung dari Tanah Bugis yang diwarisi dari ayah dan kakeknya asal kabupaten Barru Sulawesi Selatan. Meski hanya duduk di bangku SD dirinya tidak berkecil hati untuk bersemangat memperjuangkan nasib orang-orang yang dia cintai.
Dirinya datang dari Tanah Bugis ke Bintuni atas ajakan seorang temannya untuk merantau ke Bintuni dengan berbekal nekat dengan membawa sebuah kapal kayu.
Dan dia pun berangkat meninggalkan Barru tanah kelahirannya dengan menggunakan kapal kayu berlayar dan selama 14 hari baru berhasil tiba dengan selamat di Bintuni.
Kapal tersebut dirinya kemudikan sendiri hingga sampai ke Bintuni pada tahun 2006. Saat tiba di Bintuni dirinya menjadi seorang nelayan mencari ikan di perairaan Teluk Bintuni selama kurang lebih 3 tahun lamanya.
Setelah itu H. Sakka tidak lagi mencari ikan tetapi dirinya membanting stir dengan membuat usaha jasa penyewaan kapal angkutan barang pada tahun 2009 dengan menggunakan kapal kayu KM Nur Alam yang dibelinya di Fakfak untuk fasilitas usaha sewa transportasi angkut barang ke distrik-distrik yang ada di seputar daerah pesisir Teluk Bintuni seperti ke daerah Sebyar, Babo dan Kaitaro serta Sumuri dan Aroba.
Harga sewa kapal untuk mengangkut barang ke Tomu atau Aranday biasanya Rp.8 juta, ke Weriagar Rp. 10 juta serta ke Kamundan yang berbatasan dengan kabupaten Sorong Selatan itu harganya Rp. 15 juta hingga Rp. 20 juta.
Sedangkan ke distrik Babo biasanya Rp.8 juta, Kaitaro Rp. 10 juta. Daerah yang terjauh pernah KM Nur Alam di sewa oleh mantan Bupati Teluk Bintuni Alfons Manibuy untuk mengangkut barang saat akan memancing ke Arguni Kokas selama 1 minggu dirinya dibayar Rp.50 juta.
Dan uang hasil sewa kapal tersebut dirinya gunakan untuk naik haji. Kini kapal penyewaan untuk angkut barang yang sudah dimiliki H. Sakka sudah ada 3 yaitu KM Nur Alam 01, KM Nur Alam 02 serta KM Nur Alam 03.
Bapak paruh baya beranak 7 dari 2 istri itu sejak tahun 2012 juga membuat usaha pengumpul biji-biji pala mentah dan kering serta bunga pala dari warga masyarakat yang ada di kabupaten Teluk Bintuni baik yang ada di pesisir seperti daerah Babo, Sumuri, Aroba, Fafurwar, Yakati serta Yensei dan Idoor.
Lalu di daerah pegunungan seperti Merdey, Horna serta Botai dan daerah Isim.
Haji Sakka kepada media ini menjelaskan biji dan bunga buah pala dia dapat dari warga masyarakat pesisir seperti Babo, Kaitaro yang ada di Kabupaten Teluk Bintuni.
“Dari buah pala itu kita butuhkan bijinya dan bunganya. Dan itu diperoleh juga dari saudara-saudara kita dari daerah pegunungan seperti Merdey, Isim, Horna, Tahota, Botay, Yakati, Idoor, Yensei, Aroba, Serbey, Suga , Wagura dan lainnya.
Hampir semua saudara-saudara kita dari Teluk Bintuni memiliki kebun pala dan hasil pala biasanya mereka bawa jual ke tempatnya di Kampung Nelayan Bintuni.
Soal harga biji pala untuk sekarang harganya Rp. 27 ribu per kilo gram untuk pala mentah, Rp. 37 ribu untuk pala biji kering serta Rp.170 ribu untuk bunga pala,” tutur Ketua RT 02/RW 03 Kampung Nelayan tersebut. Kemudian biji pala kering dan bunga pala yang dibelinya dari masyarakat itu lalu disortir dan biji dan bunga pala yang berkualitas itulah yang kemudian dijual ke Fakfak.
Bapak yang telah memiliki 4 putra dan 3 putri serta 14 cucu itu saat ini bisa dikatakan sudah sukses dengan memiliki 2 usaha yaitu usaha pengumpul biji pala dan usaha jasa penyewaan kapal untuk mengangkat barang-barang ke daerah atau tempat dimana penyewa hendaki di wilayah pesisir Teluk Bintuni.
Kedua usahanya itu juga sudah ditangani 4 (empat) anak-anak laki-lakinya untuk mengikuti jejak kesuksesan orang tuanya yaitu H. Sakka yang hanyalah seorang lulusan SD bisa memiliki aset rumah di kampungnya di kabupaten Barru Sulawesi Selatan.
Namun apabila kita melihat kehidupan kesehariannya H. Sakka dan anak-anaknya adalah pribadi yang hidup dalam kesederhanaan seperti warga masyarakat lainnya.
Tetapi sifat pekerja keras sudah mereka miliki sehingga siapa yang dapat menyangka atau mengira H. Sakka yang dulunya hidup susah bersama anak-anaknya itu kini berhasil dalam menjalankan usaha keluarganya.
Semoga kisah ini dapat menginspirasi warga Teluk Bintuni lainnya untuk meraih sukses dalam hidup. (01-IP)