https://www.inspirasipapua.id/wp-content/uploads/2024/12/IMG-20241215-WA0027.jpg

Pembangunan Jalan Trans Pabar Suga Distrik Kaitaro Ke Kaimana Terkendala Cagar Alam Dan Hutan Lindung

Kepala Distrik Kaitaro Mozes Koropasi, S.IP saat diwawancarai wartawan di Kaitaro. IP-IST
Bagikan berita ini

Views: 1

BINTUNI, InspirasiPapua.idPembangunan jalan Trans Papua Barat Suga – Kaimana terkendala dengan caqar alam atau hutan lindung menyebabkan jalan tersebut mandek atau terhenti dikerjakan.

Padahal dengan terbukanya jalan Trans Papua Barat ini akan mempermudah masyarakat kampung Suga dan Kawab distrik Kaitaro memasarkan hasil kebun mereka seperti pala, durian serta hasil laut seperti kepiting  ke Kaimana.

Dengan terhentinya pekerjaan itu akan mempengaruhi perekonomian masyarakat di kampung Suga dan Kawab serta distrik Kaitaro pada umumnya.

Kepala Distrik Kaitaro Mozes Koropasi, S.IP mengungkapkan bahwa jalan Tran Papua Barat dari Kabupaten Kaimana sudah tembus sampai di kampung Suga dan Kawab.

“Namun sayangnya jalan itu tidak bisa diteruskan ke Kaimana karena disitu ada Cagar Alam atau hutan lindung sehingga proyek itu langsung dihentikan.

Tetapi hal ini menjadi pertanyaan bagi saya sebagai kepala wilayah atau kepala distrik Kaitaro bahwa masyarakat di kampung Suga dan Kawab susah mendapatkan akses jalan darat untuk membawa hasil-hasil kebun mereka ke Kaimana untuk di pasarkan karena terhalang Caqar Alam dan hutan lindung.

Sementara pemerintah tidak memperhatikan kesulitan masyarat di sana seperti apa?. Dimana masyarakat mau mencari atau berkebun tidak bisa karena wilayah kampungnya sudah masuk Cagar Alam.

Dengan adanya kendala itu pemerintah provinsi tanpa berkoordinasi dengan kami kepala wilayah atau distrik Kaitaro untuk mencari solusi apa yang dihadapi oleh masyarakat Suga dan Kawab.

Dimana masyarakat di sana terkurung. Mau kerja ke sini hutan lindung mau kerja kesana Cagar Alam,” papar Kepala Distrik Kaitaro Mozes Koropasi, SIP kepada wartawan belum lama ini di Kaitaro ketika dikonfimasi.

Mozes Koropasi juga mengungkapkan bahwa menghadapi kendala itu dirinya sudah berkoordinasi  dengan Kepala Balai Besar bagian Jalan Trans Papua Barat Perwakilan yang ada di Bintuni lalu mereka berjanji untuk turun membicarakan masalah tersebut.

“Namun sampai sekarang mereka belum juga turun ke Kaitaro untuk kita sama-sama melihat permasalahan yang ada lalu kita cari solusi. Sebab masyarakat Suga dan Kawab ini sudah tidak memiliki akses sehingga mereka sudah tidak tahu mau kemana.

Padahal mereka itu tak lain adalah masyarakat adat yang punya tempat yang butuh perhatian dari pemerintah,” terang Koropasi.

Koropasi juga menjelaskan bahwa dirinya beserta kepala-kepala kampung se distrik Kaitaro sudah membuat perencanaan pada Musrenbang tahun 2018 yaitu membuka isolasi daerah yang paling utama akses jalan darat.

“Dan kami sudah turun dengan konsultan menghitung jarak dari ibu kota distrik Kaitaro di kampung Sara sampai jalan Trans Papua Barat yaitu jaraknya 18 KM.

Dimana untuk mengerjakan jalan tersebut tidak sulit karena jalannya hanya bergelombang tidak butuh kerja keras.

Hanya untuk peningkatan jalan yaitu penimbunan berupa koral gunung untuk memperkuat struktur tanah itu saja yang sulit diperoleh karena material seperti koral itu tidak ada di Kaitaro,

Dimana kami sudah melakukan perencanaan dari tahun 2018, 2019 dan tahun 2020 ini baru terealisasi dari APBD kabupaten.

Dan kami lagi mempersiapkan itu sehingga kami bisa mendapatkan pembangunan jalan itu dari Balai Besar Perwakilan Provinsi Papua Barat.

Dimana dua bulan lalu ada Tim dari Jakarta yang difasilitasi Balai Besar Perwakilan Papua Barat di Bintuni dan kita sudah lakukan pertemuan dan saya sudah menyampaikan persoalan tersebut.

Namun tidak ada tindak lanjut sehingga saya akan mengkoordinasikan itu dengan kapala Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat untuk mencari solusi.

Mungkin hutan lindung itu bisa dialih fungsikan untuk pembangunan jalan. Sehingga masyarakat kampung Suga dan Kawab bisa dengan mudah ke Kaimana memasarkan hasil-hasil mereka.

Kalau dari distrik Kaitaro ke Kaimana yaitu masyarakat sering pulang pergi lewat kampung Suga dan Kawab itu hanya ditempuh 1,5 jam.

Dengan adanya jalan Trans Papua Barat ini masyarakat bisa lebih cepat lagi ke Kaimana. Namun sayangnya jalan sudah tergusur namun tidak bisa lagi ditingkatkan karena ada cagar alam sehingga sekarang rumput sudah tumbuh kembali.

Pembangunan jalan dari dari Kaimana ke kampung Suga dan Kawab hanya tinggal 1,5 KM namun sekarang tidak bisa dilajutkan.

Padahal dengan adanya jalan darat, selama ini masyarakat sering ke Kaimana untuk menjual hasil-hasil kebun seperti durian serta tanaman-tanaman untuk konsumsi masyarakat serta hasil laut yaitu kepiting,” pungkas Koropasi. (01-IP)

About Post Author

banner x600 banner x600 banner x600 banner x600 banner x600 banner x600 banner x600 banner x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *