Views: 0
BINTUNI, InspirasiPapua.id– Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Teluk Bintuni bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat dan BP Tangguh menggelar pelatihan untuk dokter, perawat dan bidan di 24 Puskesmas dan semua unit pelayanan dan rumah sakit umum daerah (RSUD) Bintuni untuk menurunkan angka HIV/AIDS yang terjadi di Bintuni sekaligus melakukan pencegahan terhadap penularan penyakit HIV/AIDS tersebut.
Kegiatan pelatihan itu berlangsung selama sehari yang dilaksanakan di Aula Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni, Selasa (21/06/2022).
“Dengan adanya pandemi covid-19 yang sudah berjalan kurang lebih 2 (dua) tahun dimana orang pada sibuk dengan covid-19 dan melupakan penyakit menular HIV/AID yang perkembangannnya di Bintuni semakin meningkat. Padahal kedua penyakit tersebut sama bahayanya karena virusnya dapat menular kepada manusia.
Dimana perhatian khusus kepada program pencegahan penanggulangan penyakit menular (P2P) yaitu HIV/AIDS,” ungkap Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni Marinus Aronggear, Amk, Selasa (21/06/2022) saat diwawancarai media ini di ruang kerjanya di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni Di Kilo 06 Distrik Bintuni.
Lanjut Sekretaris Dinkes itu bahwa pelatihan tersebut untuk melakukan evaluasi kembali kepada sejumlah pasien-pasien yang telah mengidap HIV/AIDS yang ada di Bintuni.
Yaitu bagaimana dampak perkembangan HIV/AIDS yang terjadi di kabupaten Teluk Bintuni. Sehingga kegiatan ini sangat perlu diadakan yang pesertanya berasal dari para dokter, perawat dan bidan dari 24 Puskesmas yang ada di Teluk Bintuni serta semua unit pelayanan termasuk RSUD Bintuni,” papar Aronggear.
Menurut Aronggear bahwa penyakit HIV/AIDS di Bintuni sekarang meningkat karena beberapa saat ini ada penemuan ibu hamil yang positif HIV. “Oleh karena itu kita adakan pelatihan ini untuk membekali tenaga-tenaga dokter, perawat dan bidan agar lebih mempermantap layanan guna menurunkan angka dan pencegahan HIV/AIDS di Bintuni.
Penyebab orang tertular HIV melalui jarum suntik sudah berkurang. Namun penularan HIV ini lebih banyak karena faktor hubungan seks yang tidak terkontrol dengan baik dimana ada warga masyarakat yang jajan seks atau melakukan kegiatan esek-esek sembarangan atau liar.
Sehingga memungkinkan orang tersebut mudah tertular kepada dirinya lalu menularkan kepada orang lain. Dan bahkan penularan penyakit HIV ini kepada keluarga yaitu 1 banding 10. Apalagi sekarang tidak ada pemeriksaan detail,” paparnya.
Sekretaris Dinkes Bintuni itu juga menjelaskan bahwa ada tempat-tempat khusus di Bintuni yang masuk wilayah kerja Dinkes setiap bulannya melakukan kontrol atau pemeriksaan.
Yaitu dibeberapap Cafe atau Bar yang merupakan wilayah kerja Dinkes yaitu dari distrik Bintuni hingga distrik Manimeri.
Dalam pemeriksaan apabila kita temukan ada yang positif itu dianjurkan untuk melakukan pengobatan dan dilakukan pendampingan.
Sedangkan tempat-tempat yang berada di pemukiman masyarakat itu sulit dikontrol atau tidak ada pemeriksaan rutin setiap bulan. Tempat-tempat ini seperti ada yang berkedok warung makan, penginapan sehingga yang nginap di situ bisa tergoda jajan di situ atau disamping warung-warung yang ada yang menawarkan kegiatan esek-esek.
Kalau pekerja ditempat-tembat bar atau cafe itu diperiksa secara detail tetapi kalau di warung-warung makan, kios, penginapan-penginapan tempat mereka berkeliaran mejajakan esek-esek itu sulit dikontrol.
Sehingga kita punya orang-orang dari kampung yang datang dan menginap di situ, makan di situ serta juga jajan di situ.
Maka untuk mengatasi penularan HIV di tempat-tempat tersebut kita biasanya lapor kepada RT lalu kita melakukan pendataan warga yang ada di sekitar tempat itu untuk adakan pemeriksaan.
Dan kalau ada yang positif kita anjurkan untuk berobat dan didampingi. Saya sendiri belum tahu data orang HIV itu sampai saat ini berapa karena itu datanya ada di Bidang P2P Dinas Kesehatan Teluk Bintuni dan itu sifatnya rahasia.
Tetapi saya mau menghimbau kepada masyarakat yang membuka usaha-usaha ditempat-tempat umum kalau bekerja agar berhati-hati seperti di Cafe atau bar, tempat gunting rambut, tempat cukur.
Dan orang baru harus diperiksa secara detail baru bisa diterima bekerja di tempat-tempat tersebut. Dimana dalam melakukan pemeriksaan kita sarankan langsung ke rumah sakit periksa ditempat-tempat pelayanan yang sudah disiapkan.
Di tempat cukur silet yang dipakai 1 (satu) orang untuk 1 (satu) silet bukan 1 (sau) silet untuk banyak orang karena HIV bisa tertular lewat darah atau luka itu bisa masuk ke dalam pembuluh darah.
Sedangkan jarum suntik 1 (satu) jarum dipakai untuk 1 orang tidak boleh dipakai berkali-kali atau untuk banyak orang karena orang bisa tertular. Sekarang penularan HIV lewat jarum suntik sudah berkurang karena sudah tidak ada lagi pemakaian jarum suntik yang dipakai berkali-kali,” terangnya.
Aronggear juga menambahkan bahwa dengan adanya ledakan penduduk yang padat dari berbagai macam daerah yang datang ke Bintuni melalui 4 (empat) pintu masuk yaitu dari Sorong, Manokwari, Fakfak serta Sorong Selatan.
“Dengan adanya penanganan ledakan penduduk yang padat ini orang masuk dengan berbagai kebutuhan di sini. Dengan adanya jajan sembarang dengan berbuat esek-esek serta tidak menjaga diri akhirnya mudah terkena penyakit HIV.
Kalau orang tersebut kena penyakit dia tidak tahu lalu menularkan penyakit tersebut kepada keluarga sehingga keluarga yang tidak tahu juga ikut tertular.
Kemudian dia tularkan juga kepada orang lain dan orang lain tularkan lagi kepada yang lain dan itu berkesinambungan terus. Sehingga saya himbau warga masyarakat Bintuni harus berhati-hati dengan perkembangan penyakit HIV di kabupaten Teluk Bintuni. Karena dengan ledakan penduduk tersebut kita harus antisipasi terutama penularan HIV lewat seks bebas,” pungkasnya. (01-IP)