Views: 6
BINTUNI, InspirasiPapua.id– Kehadiran Majelis Muslim Papua (MMP) sungguh tidak dimaksudkan untuk membangun jamaah yang eksklusif dan juga tidak untuk melancarkan Islamisasi.
“MMP tidak untuk membangun fundamentalisme agama apalagi menjurus kepada gerakan-gerakan radikal.
Tetapi MMP hadir untuk mengambil tanggung jawab bergandengan tangan dengan pemerintah daerah untuk menegakkan keadilan dan kemamuran rakyat.
MMP hadir untuk bahu membahu dengan para pemimpin agama yang selama ini telah bekerja keras menjadikan Papua sebagai Tanah Damai. Itulah sebabnya sikap dasar yang sekaligus menjadi platform MMP adalah moderat, toleran, tegak, seimbang dan dialog,” ungkap Sekretaris Jenderal (Sekjend) MMP Dr. Suparto Iribaram, S.Sos, M.A saat menyampaikan sambutan pada acara Pelantikan MMP Wilayah Teluk Bintuni beberapa waktu lalu di Aula KPU Teluk Bintuni di Tisai SP-5 Distrik Bintuni Timur.
Iribaram juga mengatakan bahwa Tanah Papua adalah wujud kasih Tuhan, kekayaan sumber daya alamnya adalah anugerah Agung Sang Maha Pencipta, oleh karena itu dimana saja orang muslim Papua berada ia wajib menebarkan kebaikan seraya berjuang memakmurkan negeri ini.
“Majelis Muslim Papua (MMP) awalnya dibentuk oleh 43 tokoh muslim Papua dengan nama Solidaritas Muslim Papua (SMP) pada tanggal 21 November 1999 di Auala LPTQ Kotaraja Jayapura.
Pembentukan SMP waktu itu lebih terdorong oleh adanya kenyataan gejolak sosial politik yang terjadi di Indonesia termasuk di Tanah Papua.
Dimana kaum muslim Papua sebagai bagian integral masyarakat Papua dan juga masyarakat Indonesia dituntut mengambil peran dalam seluruh dinamika sosial politik.
Dengan adanya SMP diharapkan dapat tersedia ruang demokratis bagi umat muslim Papua untuk berdiskusi, berinteraksi seraya membangun pemahaman bersama atas berbagai dinamika sosial politik yang berkemabang.
SMP juga menjadi jembatan penghubung untuk mengkomunikasikan pandangan dan gagasan kaum muslim Papua dengan berbagai komponen keagamaan serta komponen masyarakat sipil lainnya ataupun juga dengan pemerintah di Tanah Papua,” terangnya.
Sekjend MMP itu juga mengatakan bahwa melalui SMP muslim Papua dapat menyalurkan aspirasi, partisipasi dan emansipasi politiknya secara damai dan bermartabat dalam seluruh dinamika perubahan.
“Kemudian pada tanggal 10-13 April 2017 di Jayapura digelar Muktamar I Solidaritas Muslim Papua yang pada akhirnya mendeklerasikan berdirinya Majelis Muslim Papua (MMP) yang bertujuan terwujudnya tatanan hidup taqwa (hablum minallah) serta solidaritas insani antar segenap ummat dalam kehidupan sehari-hari (hablum minannas).
Berdasarkan prinsip-prinsip dasar rahmatan lil alamin (rahmat untuk semesta alam) serta lakum dinukum walyadin (bagimu agamamu dan bagiku agamaku). Dan terwujudnya kesejahteraan ummat Islam di Tanah Papua melalui kemajuan pendidikan, pelayanan kesehatan, kemandirian ekonomi, kelestarian lingkungan hidup, emansipasi sosial budaya dan penegakan hak azasi manusia.
Sadar akan kenyataan pluralitas di Papua, maka dalam memanifestasikan peran ke-kahlifahan-an sebagai muslim, forum Muktamar I juga menetapkan moderat dan tegak, toleransi, seimbang, dan dialog menjadi sikap dasar MMP yang harus terus dikembangkan dalam mencapai tujuan.
Dengan sikap dasar ini MMP yakin dapat menjadi energi positif yang mampu bersinergi konstruktif dengan berbagai elemen keummatan, keagamaan, kemasyarakatan dalam kerja-kerja kemanuasiaan yang lebih bermakna,” tuturnya,
Sekjend MMP Dr. Suparto juga memaparkan bahwa dalam perjalanan periode pertama kepengurusan pengurus pusat berbagai kemajuan telah dicapai MMP.
“MMP telah berhasil melakukan pembentukan pengurus wilayah di kabupaten dan kota yakni kabupaten Merauke, Manokwari, Kota Jayapura, kabupaten Jayawijaya, Kaimana, Kota Sorong dan Kabupaten Mimika serta kabupaten Teluk Bintuni.
Sementara persiapan pelantikan MMP wilayah kabupaten Sorong, Fakfak, Sorong Selatan, serta kabupaten Raja Ampat.
Program Capacitiy Building organisasi dan keummatan juga telah dijalankan walaupum masih sangat terbatas. Terutama jika dibandingkan dengan begitu kompleksnaya permasalahan dilevel ummat.
MMP berusaha menjalankan peran eksternal melalui kerja sama MMP dengan organisasi keagamaan lain. MMP juga berupaya berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial keagamaan.
Bersama komponen lain hingga saat ini MMP masih dalam konsen dalam upaya mewujudkan Papua Tanah Damai.
Dengan program yang telah dicapai, MMP sadar masih perlu banyak berbenah. Kapasitas pengurus dan staf masih harus terus ditingkatkan baik dalam aspek pemahaman akan arah dan tujuan MMP maupun profesinalitas kerja.
Realitas masih rendahnya kualitas sumber daya muslim Papua adalah tugas berat yang harus dijawab melalui karya-karya keummatan yang lebih nyata.
Kenyataan lain dimana kekerasan mengatasnamakan kekerasan RAS yang memperburuk wajah Indonesia menjadi tantangan tersendiri visi rahmatan lil alamin yang telah diterapkan MMP dan sesungguhnya menjadi tugas ke-khalifah-an setiap muslim harus dibumikan dalam karya yang konkrit.
Dengan semangat 5 (lima) sikap dasar, MMP yakin dapat terus membangun komunikasi yang intens dengan berbagai pihak di Tanah Papua.
Sinergitas antar elemen keagamaan dan umat dapat berkontribusi positif dalam memecahkan segala persoalan-persoalan sosial, ekonomi, budaya, hukum dan hak asasi manusia di Tanah Papua.
Bertolak dari perspektif itulah MMP hendak abdikan diri dalam membangun kualitas umat. Tugas utama dari setiap muslim adalah menjadi rahmat bagi semesta alam dan tugas utama setiap orang muslim Papua adalah menjadi rahmat bagi Tanah Papua,” tutupnya. (01-IP)