Views: 337
Pabrik Pengalengan Bintuni Hadir Untuk Berdayakan Masyarakat Melalui Hasil Laut
BINTUNI, InspirasiPapua.id- Pabrik pengalengan hadir untuk memberdayakan masyarakat melalui hasil laut serta menjawab pasar masyarakat nelayan Bintuni yang memiliki potensi hasil laut yang besar namun mereka tidak pernah menghasilkan sesuatu yang bermanfaat secara ekonomis.
“Filosofi awal pembentukan pabrik pengalengan ikan hasil laut Bintuni pertama pemerintah mendengar tangisan masyarakat yang memilki potensi hasil laut yang besar tetapi mereka tidak pernah menghasilkan sesuatu yang bermanfaat secara ekonomis.
Dimana masyarakat untuk mengkonsumsi hasil mereka mungkin bisa tetapi secara ekonomis untuk menghasilkan uang itu yang belum.
Kedua, dalam visi misi Bupati Teluk Bintuni bahwa Bintuni itu maju produktif dan berdaya saing yaitu masyarakat Teluk Bintuni harus produktif artinya masyarakat Bintuni harus mampu mengelola hasil lautnya dan harus bisa menghasilkan.
Sehingga masyarakat nelayan harus menghasilkan keuntungan dari apa yang dia usahakan sesuai dengan potensi yang mereka miliki.
Inilah yang mendasari industri pabrik pengalengan ikan ini dimunculkan sebagai salah satu program unggulan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung untuk bisa menjawab kebutuhan masyarakat Bintuni.
Yang selama ini ingin menjual barangnya tetapi tidak ada tempat untuk menjual hasil-hasil mereka,” ungkap Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung Kabupaten Teluk Bintuni Drs. H. Haris Tahir Kaitam, M.Si kepada media ini belum lama ini di Bintuni.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung itu lebih jauh menjelaskan bahwa ketiga, strategi yang digunakan untuk mengantisipasi kesulitan masyarakat yang terjadi selama ini maka pemerintah membangun pabrik pengalengan ikan hasil laut untuk menjawab permasalahan tersebut.
“Sementara produksi pengalengan ikan ini dalam hitungan menit bisa menghasilkan 14 kaleng per menit. Kalau dihitung sehari 24 jam kali 60 menit kemudian dikali 14 maka produksi kaleng hasil laut sehari itu jumlahnya sangat besar yaitu dalam jumlah ribuan bisa diproduksi sehari.
Kita bisa memproduksi puluhan ribu kaleng. Tapi pasarnya bagaimana?. Maka starategi kita adalah membuka atau mencari pasar.
Dan alhamdulillah pasarnya ada di Demak dimana kita bekerja sama dengan pemerintah Demak untuk memasarkan hasil pengalengan laut kita. Dan pemerintah Demak juga akan meneruskan pasarnya keluar negeri yaitu Belanda.
Serta juga negara-negara lain yang membutuhkan produk kaleng ini sesuai dengan jejaring pemasaran yang mereka miliki,” ujar Tahir Kaitam.
Kemudian Kadin PMK itu mengatakan bahwa peluang masyarakat Teluk Bintuni yaitu memiliki bahan baku. Dan yang terlibat dalam penyediaan bahan baku ini adalah masalah sendiri.
“Untuk mengumpulkan hasil masyarakat kita akan bentuk kelompok usaha bersama (KUBE).
Dimana pemerintah akan memberikan bantuan kepada KUBE ini misalnya membantu masyarakat dengan alat tangkap agar mereka bisa menyediakan bahan baku yang digunakan pabrik pengalengan tersebut.
Jadi jangan sampai pasarnya kita jelas tetapi bahan bakunya kurang. Sehingga pertama kita membentuk kelompok KUBE kemudian kita akan melibatkan seluruh masyatrakat yang memiliki potensi dan bukan hanya nelayan.
Sebab industri pengalengan ikan ini juga membutuhkan petani-petani lain untuk menanam sayur, tomat, rica dan lain sebagainya.
Sehingga petani-petani ini harus menanam kebutuhan-kebutuhan itu karena di dalam makanan itu membutuhkan bumbu dan lain sebagainya sehingga petani-petani tersebut juga ikut terlibat.
Sterategi dengan membentuk kelompok ini agar dapat membantu setiap hari dalam menyediakan bahan baku pengalengan.
Karena tidak mungkin setiap nelayan setiap hari memiliki ketersediaan bahan baku.
Dimana mungkin hari ini tidak mendrop bahan baku besok baru dia drop.
Maka dengan adanya kelompok ini diharapkan setiap hari bahan baku itu tersedia dan masyarakat juga mendapatkan uang.
Seperti istilah bahwa kaki di perahu uang ditangan, jadi mereka punya kaki diperahu mereka sudah pasti akan menerima uang melalui pemerintah membeli hasil-hasil laut dari kelompok-kelompok masyarakat dengan uang cash dan masyarakat akhirnya bisa punya uang,” papar Haris.
Kadin PMK itu juga mengatakan kelompok-kelompok tersebut harus berlomba misalnya quota yang pabrik kaleng minta yaitu ikan, udang dan kepiting minimal 2 ton setiap hari dan kalau stocknya tidak cukup maka kelompok lain yang harus mensupply.
Ini adalah strategi kita untuk mengumpulkan bahan baku kalau pasaran tadi sudah jelas. Termasuk 6 provinsi yang Bupati sudah sampaikan. Termasuk pemerintah Demak dengan jejaring pemasarannya termasuk Jakarta.
Termasuk produksi ikan asap 17 kountener setiap bulan dan yang diasap itu bukan ikan lain tetapi ikan sembilan atau ikan manyong yang selama ini kurang laku di pasar.
Dengan adanya pabrik pengalengan maka nanti ikan-ikan sembilan tersebut menjadi sangat laku sehingga masyarakat harus turun melaut menangkap ikan-ikan tersebut untuk mendapatkan uang.
Konsep kedua kita akan membangun satu pasar lokal sebab pangalengan hasil laut itu bukan saja dikonsumsi orang luar tetapi warga Bintuni juga mengkonsumsinya karena kita juga perlu gizi.
Makanya nanti kita membuat spot-spot penyediaan hasil produksi kaleng hasil laut Bintuni dan akan bekerja sama dengan Granasda nanti hasil kita oleh Grenasda mungkin dijual ke masyarakat untuk dibawa sebagai oleh-oleh bagi mereka yang mau keluar pulau Papua misalnya ke Jawa itu nanti akan dipasarkan di pasar lokal tersebut.
Mungkin yang mau mudik bisa membeli satu kaleng, dua keleng atau tiga kaleng sesuai dengan kemampuan mereka membawa oleh-oleh ciri khas dari Papua khususnya dari Kabupaten Teluk Bintuni.
Selain itu kita juga supply produk kaleng hasil laut Bintuni ini ke masyarakat yang ada di kota Bintuni. Termasuk ke masyarakat yang ada di provinsi Papua Barat dan Papua Barat Daya.
Daripada makan ikan sarden yang sudah lama yang ada di sana lebih baik makan ikan dari Bintuni yang lebih enak, lebih segar. Dimana kepiting dan udang itu tidak ada di daerah lain hanya ada di Bintuni saja.
Di seluruh dunia ini kepiting kaleng dan udang kaleng hanya ada di Bintuni sehingga itu menjadi icon internasional yang menjadi viral.
Sekarang ini bagaimana dengan masyarakat?. Saya minta kerja sama juga dengan Dinas Perikanan untuk membina masyarakat nelayan. Terutama untuk budidaya ikan air tawar seperti ikan sembilan.
Serta juga membina nelayan untuk membudidayakan kepiting dan udang karena nantinya ikan kaleng, undang kaleng dan kepiting kaleng diproduksi dalam jumlah besar sehingga kebutuhan bahan bakunya juga cukup besar.
Jangan sampai nanti kalau bahan bahu itu tidak siap di sini maka bahan bakunya pasti kita ambil dari tempat lain dan yang untung orang lain.
Jadi masyarakat sekarang kalau bisa berlomba-lomba menyiapkan diri. Sekarang secara organisasi kita sudah punya nomor ijin berusaha. Tinggal menunggu lebel halal dann nanti kalau sudah keluar langsung pabrik kaleng melakukan produksi.
Dan kita sudah persiapkan peresmian. Dan Bupati sudah melihat waktu kita uji coba bagaimana caranya mesin beroperasi dan berapa produksinya per hari,” tutur Haris Tahir.
Kadin PMK Bintuni kitu juga menyebutkan bahwa ada 3 bentuk ijin yaitu ada ijin pengawetan, pengalengan serta pengolahannya. “Di dalam konteks itu nanti kita akan membentuk sentra usaha ekonomi masyarakat.
Kalau di Bappeda istilahnya itu sentral ekonomi usaha kecil menengah atau sistem pembangunan masyarakat kampung (SEPEKA).
Jadi ekonomi dari kampung yang akan datang ke ke kota Bintuni. Ada juga buah merah, sambal udang kepiting, makanan buah mangrove ada semua di pabrik tersebut.
Dan nanti strategi kita bekejerja sama dengan Dinas Pariwisata. Jadi yang ingin melaksanakan wisata disini kita juga bisa promosikan kepada mereka.
Pohon mangrove itu bukan hanya daun atau buahnya yang dapat kita manfaatkan tetapi yang dibawah akar pohon mangrove pun seperti ikan, udang, kepiting yang hidup di situ itulah yang kita hijaukan. Sehingga mangrove ini kita jaga dengan baik dan bisa berkelanjutan.
Selanjutnya strategi lainnya yaitu kita melakukan pengolahan kalau penghasilannya besar, kebutuhannya banyak berarti perusahaan besar dan orang-orang Bintuni juga dapat menikmati hasilnya sehingga kelesatarian mangrove ini harus terus kita jaga bersama,” harap Haris Tahir. (amr-IP)
Terbaik untuk kita ke depannya
Terbaik untuk kita kedepannya