Views: 1
BINTUNI, InspirasiPapua.id– La Haris seorang warga Borobudur Manokwari pada tahun 2020 atau 2 tahun lalu memboyong keluarganya pindah ke Bintuni untuk mengadu nasib kerena informasi yang didengarnya Bintuni daerahnya aman dan potensi bisnis di daerah tersebut cukup menjanjikan.
La Haris beserta istri dan anaknya tinggal di SP-4 tepat di pinggir jalan protokol berjualan ikan tuna mentah, ikan asar tuna serta kelapa parut.
Ikan ekor kuning atau ikan tuna mentah itu ia datangkan dari Manokwari dalam jumlah yang cukup besar yaitu perminggu kurang lebih 200 ekor. Ikan tuna mentah yang dijualnya itu berukuran variatif yaitu mulai dari harga Rp. 70 ribu ukuran kecil hingga Rp. 150 ribu ukuran besar.
Ikan-ikan mentah itu dijualnya selama 1 minggu sudah habis. Dan apabila tidak habis ikan yang tidak laku di asarnya dan kembali dijual dengan harga yang sama yaitu berkisar dari harga Rp. 70 ribu sampai Rp. 150 ribu.
Sehingga ikan tuna mentah yang didatangkan La Haris semuanya habis terjual dalam waktu sepeluh hari. Dari 7 hari hingga 10 hari La Haris bisa mendapatkan keuntungan Rp. 1 juta hingga Rp. 1,5 juta.
Pria asal Bau-Bau itu juga menjelaskan bahwa menjaga kesegaran ikan tuna mentah yang dijualnya itu menggunakan es batu dimana setiap 3 hari es batu dia ganti dengan yang baru.
Dan setelah seminggu berjulan ikan tuna mentah kalau ada yang sisa dirinya langsung asar agar ikan tersebut kembali dapat dijual.
Haris mengatakan bahwa selain berjualan ikan tuna mentah dan tuna asar dirinya juga menjual kelapa dengan harga Rp. 15 ribu kalau kelapa itu diparut.
Kalau kelapa tidak diparut biasanya dia jual dengan harga Rp. 8 ribu. “Biasanya kalau saya sudah rasa untung sedikit ikan tuna mentah biasanya saya lepas dengan harga sesuai yang ditawar pelanggan,” ungkap La Haris Penjual Ikan Tuna Mentah, Tuna Asar serta Kelapa Parut, Selasa (08/02/2022) saat ditemui media ini di pondok tempat dia berjualan di SP-5 distrik Bintuni Timur.
Usaha jualan ikan tuna mentah dan tuna asar serta kelapa parut mendatangkan keuntungan yang lumayan dan tidak segan-segan La Haris mengembangkan sayap usaha di SP-5 dengan membuat pondok jualan di jalan 2 arah.
“Saya di SP-5 ini baru kurang lebih 3 minggu berjualan. Dan saya merasa senang tinggal di Bintuni karena biasanya kelapa-kelapa saya tinggal begitu saja lalu pulang ke rumah di SP-4 kalau saya tidak bermalam itu aman-aman saja tidak ada yang ambil.
Biasanya saya juga tidur di pondok ini sambil berjualan ikan tuna mentah, tuna asar dan kelapa parut.
Masyarakat di sekitar sini banyak yang datang membeli kelapa parut di tempa saya. Katanya lebih dekat daripada ke pasar jauh-jauh. Termasuk PNS sebelum ke kantor pagi-pagi merka sudah datang membeli ikan tuna dan kelapa beberapa biji kadang 3 sampai 4 biji.
Mereka membeli kepala disamping untuk membuat santan ikan asar juga untuk membuat roti atau kolak,” tuturnya.
La Haris juga mengungkapkan bahwa biasanya yang banyak membeli ikan asar yaitu para tukang chain saw atau tukang tebang kayu sebelum mereka masuk hutan menebang kayu mereka singgah membeli beberapa ekor ikan tuna asar.
“Karena ikan asar itu bisa bertahan 3 sampai 4 hari. Sebelum pandemi virus corona penjualan ikan yang kami rasakan sangat laris. Namun dengan adanya pandemi Covid-19 ini omset penjualan kami menurun,” ujarnya.
La Haris juga mengungkapkan bahwa tempat dimana dia berjualan di SP-5 itu dia sewa per tahun Rp. 5 juta. Tetapi bangunan pondok saya bangun sendiri.
“Saya menyetok kelapa untuk dijual sebanyak 150 biji yang say biasa ambil dari SP-4, SP-3 dan SP-2. Dan biasanya dalam seminggu kelapa-kelapa tersebut sudah terjual habis,” paparnya sembari tersenyum ramah melayani pelanggan-pelanggannya. (01-IP)