Kasus Positif HIV Di Bintuni Melonjak 500 Lebih, Dinkes Akan Kawal Orang Yang Didiagnosa Positif HIV

Pelatihan penanganan HIV di Bintuni yang diikuti beberapa Puskesmas di Teluk Bintuni. IP-IST
Bagikan berita ini

Views: 9

BINTUNI, InspirasiPapua.idKasus human immunodeficiency virus (HIV) merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan  tubuh manusia serta menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. Kasus positif HIV di Kabupaten Teluk Bintuni hingga Juli 2022 mengalami peningkatan atau lonjakan sekitar 500 lebih kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni Franky D. Mobilala, SKM, M.Kes. IP-IST.
“Selama ini banyak pasien HIV yang meninggal akibat tidak dikawal atau loss full up atau putus obat maupun loss kontrol dan kita tidak tahu mereka kemana.
Oleh karena itu perlu adanya pengawalan setelah pasien dinyatakan positif HIV maka harus dikawal. Sebab orang yang terinfeksi HIV belum bisa disembuhkan karena tidak ada obatnya tetapi mereka harus dikawal dengan meminum obat antiretrovial (ARV) sehingga bisa bertahan hidup 10 sampai 20 tahun.
Saya lihat perjalanan HIV di Bintuni saat ini melonjak. Dibanding sewaktu saya masih Kepala Seksi P2M dan berdasarkan data waktu itu masih puluhan kasus orang yang positif HIV di Bintuni.
Namun sekarang data terakhir dari Bidang Penanggulangan Penyakit Menular (P2P) Dinas Kesehatan yang saya sudah peroleh laporannya itu sudah ada sekitar 500 orang yang positif HIV,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni Franky D. Mobilala, SKM, M.Kes, Senin (25/07/2022).
Pada saat dirinya diwawancarai media ini di ruang kerjanya di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni di Kilo-6 Distrik Bintuni.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Teluk Bintuni itu juga menjelaskan bahwa dirinya baru saja membuka pelatihan penanganan kasus HIV di kabupaten Teluk Bintuni.
“Pesertanya berasal dari beberapa pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) di Teluk Bintuni bekerja sama dengan Global Fund.
Tujuannya untuk mengevaluasi atau merefresh kembali bagaimana penanganan kasus HIV yang ada di kabupaten Teluk Bintuni.
Dalam pelatihan itu saya memberikan penekanan kepada beberapa Puskesmas yang mendiagnosa pasien ketika ada yang positif HIV itu mereka loss full up artinya pasien tidak diobati dan akhirnya bisa mengakibatkan orang atau pasien positif HIV itu bisa meninggal.
Laporan dari hasil diagnosa beberapa Puskesmas kita dapat melihat yang positif HIV tersebut kebanyakan ibu rumah tangga, anak sekolah, ASN. Oleh karena itu perlu segera kita antisipasi.
Sehingga dalam pelatihan penanganan HIV saya tekankan pada petugas medis yang ada di Puskesmas agar  lebih proaktif untuk mencari serta menemukan secara dini orang yang terinfeksi HIV lalu mengawal mereka dengan memberikan obat ARV.
Untuk menyembuhkan pasien positif HIV tersebut yang sampai sekarang penyakit itu belum ada obatnya. Sehingga kita hanya bisa mengawal mereka yang positif HIV agar mereka bisa bertahan hidup di atas 10 sampai 20 tahun,” papar Mobilala.
Franky Mobilala  juga mengatakan bahwa pihaknya sudah memiliki pengalaman dari beberapa pasien yang ditemukan secara kritis.
“Dimana kami mampu menolong mereka dan sampai saat ini masih bersama-sama dengan kami artinya dia masih bisa hidup sampai sekarang.
Itu artinya orang yang ditemukan positif HIV tidak berarti terus meninggal. Namun yang penting adalah kita sama-sama saling dukung-mendukung dalam menangani pasien HIV obat ARV harus diminum secara lancar agar dia bisa tetap bertahan hidup.
Karena nyawa itu Tuhan yang punya kalau Tuhan mau ambil itu urusan Tuhan.

“Langkah-Langkah Yang Diambil Dinkes Teluk Bintuni Dalam Tangani Orang Positif HIV”

Langkah-langkah yang akan ambil oleh Dinkes Teluk Bintuni dalam menangani HIV di Teluk Bintuni yaitu saya sudah menekankan dan mengintruksikan ke seluruh Puskesmas bahwa begitu mereka mendiagnosa lalu orang tersebut positif HIV maka orang tersebut harus dikawal,” tutur Mobilala.
Menurut Mobilala kalau boleh dalam penanganan HIV perlu ada semacam pengawas atau pendamping untuk mengawasi agar pasien terus minum obat ARV.
“Namun sebelumnya kita lihat banyak sekali pasien yang didiagnosa tetapi kita tidak mengawal pasien tersebut sehingga obat yang diberikan untuk diminum terputus. Kemudian pasien itu sudah masuk ke fase yang berikut menyebabkan pasien tersebut meninggal.
Terkait hal tersebut  maka Puskesmas maupun  Rumah Sakit perlu untuk mendiagnosa dan kalau ada pasien yang positif maka  pasien tersebut harus dikawal dengan menjaga pasien HIV tersebut.
Kemudian kita juga harus banyak mengedukasi masyarakat bahwa pencetus HIV di Bintuni itu akibat adanya seks bebas tanpa memakai alat pelindung kondom.
Edukasi penyuluhan kepada masyarakat atau penyuluhan di sekolah-sekolah yaitu dimulai dari generasi muda kita yaitu anak-anak sekolah. Karena berdasarkan data yang ada anak SD, SMP hingga SMA sudah ada yang positif HIV.
Itu merupakan langkah pencegahan melalui penyuluhan-penyuluhan dan setelah ditemukan ada yang positif HIV maka kita akan kawal.
Mungkin petugas konselor yang ada di Puskesmas bisa mengawal pasien jangan kita biarkan generasi muda atau cenderawasih-cenderawasih kita punah.
Saya berharap kepada masyarakat “mari kitorang jaga diri, jaga Papua jangan sampai cenderawasih-cenderawasih kita itu menjadi punah,” pungkas Mobilala. (01-IP)

About Post Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *