Views: 4
BINTUNI, InspirasiPapua.id- Sebanyak 13 (tiga belas) Puskemas di Teluk Bintuni mengikuti pelatihan penanganan HIV atau Workshop PITC Program HIV AIDS yang didukung oleh Golbal Fund (GF) komponen AIDS Dinasti⁹ Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni.
Masing-masing Puskemas diikuti 5 orang yang terdiri dari 1 orang dokter, 2 perawat, 1 orang farmasi serta 1 orang analis.
Pelatihan itu berlangsung selama 3 hari yaitu dari tanggal 21 hingga 23 September 2022 yang berlangsung di Aula Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni.
“Dengan adanya pelatihan HIV AID tersebut pihaknya akan membuka dua layanan pemeriksaan HIV yaitu Puskesmas Bintuni dan Puskesmas Manimeri sebagai pilot project di kabupaten Teluk Bintuni.
Dalam pelatihan itu kami dibantu oleh Global Fund dan nara sumber dari provinsi Papua Barat yang sudah berpengalaman ikut terlibat langsung yaitu dr. Devie Lasut, Sp.PD, MM dokter spesialis penyakit dari rumah sakit Sele Be Solu Sorong.
Kemudian nara sumber lainnya Jemmy Saul Mele (laboratory expert) dan Apt. Rusman Belang, S.Si, M.Kes Ketua PD Hisparsi-IAI Papua Barat dari rumah sakit Sele Be Solu Sorong.
Serta Ibu Poppy (data Officer) mantan pemegang program HIV di rumah sakit umum Teluk Bintuni yang dipakai oleh Global Fund. Mereka semua melatih 13 Puskemas yang ada di Teluk Bintuni.
Kita berharap dari pelatihan yang diikuti 5 (lima) orang untuk 1 (satu) Puskemas yang terdiri dari 1 (satu) dokter, 2 (dua) perawat, 1 (satu) analis dan 1 (satu) farmasi mereka ini adalah tim yang nanti bekerja menangani HIV AIDS di masing-masing Puskesmas,” terang Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni Franky D. Mobilala, SKM, M.Kes, Rabu (21/09/2022).
Pada saat dikonfirmasi wartawan usai membuka Pelatihan Penanganan HIV AIDS yang didukung oleh Global Fund yang berlangsung di Aula Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni di Kilometer 06 distrik Bintuni.
Franky Mobilala juga mengatakan bahwa virus HIV bisa ditekan agar tidak berkembang dengan cara kalau ditemukan kasus 90 persen maka yang diobati juga harus 90 persen.
“Beberapa tahun terkahir ini kita banyak loss fullup untuk pasien dimana kita bisa mendiagnosa namun kita tidak mampu untuk mengobati mereka.
Akhirnya ada beberapa pasien yang meninggal pada triwulan pertama tahun 2022 ada 3 (tiga) sampai 5 (lima) orang yang meninggal karena positif HIV-AIDS.
Dalam arahan saya berharap dari pelatihan ini Puskemas mampu untuk kita melihat kembali dari 500 sekian pasien positif HIV itu bisa memperpanjang umur mereka jangan sampai ada yang meninggal karena positif HIV.
Kalau bisa orang yang mengidap HIV itu bisa bertahan hidup 10 sampai 20 tahun melalui pengobatan,” harapnya.
Lebih jauh Orang Nomor Satu di Dinas Kesehatan Teluk Bintuni itu juga mengungkapkan strategi Dinas Kesehatan Kabupaten Teluk Bintuni dalam menekan angka HIV dimana sewaktu dirinya masih jabat kepala bidang yang menangani HIV AIDS dia memperkirakan dalam 5 tahun seluruh penduduk Teluk Bintuni bisa terperiksa HIV.
“Malah waktu itu satu orang petugas Puskemas yang memeriksa kasus HIV kita bayar dimana kalau di Puskesmas 1 hari bisa periksa 100 orang itu dikali Rp. 20 ribu per orang kita bayar.
Target jika waktu itu dalam 5 tahun kita bisa periksa jumlah penduduk 60 ribu orang. Namun sekarang penduduk Teluk Bintuni sudah mencapai 80 ribu lebih kita akan kembali lakukan itu supaya kita bisa tahu status kita di Teluk Bintuni yang sudah terperiksa HIV berapa ribu orang.
Jadi yang kita periksa berapa yang positif HIV, berapa yang diobati, dan berapa yang tidak diobati.
Dan setelah 13 (tiga belas) Puskemas ini kita berikan pelatihan terus kita akan latih lagi 12 (dua belas) Puskemas sehingga nantinya seluruh Puskemas di Teluk Bintuni sudah mampu mempercepat pemeriksaan HIV pada pasien.
Artinya kalau kita temukan 90 persen kasus HIV maka kita juga harus obati 90 persen yang mengidap HIV.
Kemudian sesuai arahan Bupati kalau bisa ASN juga dilakukan tes Narkoba sehingga bisa sekaligus dilakukan tes HIV seperti masa mantan Bupati Alfons Manibuy pernah dilakukan tes HIV kepada ASN dan bahkan masyarakat umum.
Aturannya sebelum tes HIV terpelebih dahulu dilakukan konseling kalau ASN atau masyarakat itu bersedia diperiksa maka yang bersangkutan menandatangani surat pernyataan lalu kita lakukan tes HIV kepada yang bersangkutan.
Tetapi sekarang kalau bisa setiap pengunjung yang datang ke Puskesmas wajib periksa HIV baik itu ibu hamil, atau orang sakit wajib periksa HIV seperti kita dulu periksa malaria.
Strategi sekarang yang kita lakukan di Puskemas yaitu ibu hamil dan orang sakit wajib periksa HIV. Selain itu kita juga harus mempunya peraturan daerah atau Perda bukan hanya untuk HIV ini saja tetapi juga untuk penyakit malaria.
Kalau sudah ada Perda yang mendukung itu maka setiap pintu masuk kita lakukan pemeriksaan HIV seperti pemeriksaan virus corona.
Cara pemeriksaan virus corona ini kita adobsi dari pemeriksaan penyakit malaria. Jadi pemeriksaan HIV, TB Paru juga kita bisa adobsi dari malaria.
Terkait Perda ini kita akan mencoba koordinasi dengan Bagian Hukum di Sekretariat Daerah kalau memang itu ada dengan mengacu pada aturan Menteri Kesehatan dan Mendagri tentang penanganan HIV kita lihat turunan dari Kemendagri dan Kemenkes supaya kita nantinya tidak salah.
Saya berharap kepada seluruh masyarakat di Teluk Bintuni agar jangan takut dengan HIV sebab kalau kita cepat periksa kita akan cepat menanganinya dan tidak sampai pada kematian.
Bagi pengidap HIV itu ada 4 (empat) stadium kalau kita bisa deteksi stadium pertama maka stadium kedua, ketiga dan keempat tidak akan muncul.
Dan yang terinfeksi bisa tetap di stadium satu. Jadi yang sudah positif kalau mau ingin sampai bertahan hidup maka yang bersangkutan harus minum obat agar virusnya tidak berkembang, Dan sudah terbukti sampai saat ini di Bintuni sudah ada beberapa orang pengidap HIV yang masih hidup 10 sampai 20 tahun dan mungkin lebih,” sebut Mobilala. (01-IP)