Views: 37
Tiga Tahun Terakhir BP Tangguh Tidak Bisa Jalankan Program Cummunity Developemen Akibat Pandemi Covid-19
BINTUNI, InspirasiPapua.id- Tiga tahun terakhir jujur memang banyak program community development yang tidak bisa dilanjutkan atau dijalankan di kampung Taroi distrik Taroi Kabuipaten Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat.
“Karena boat kami waktu itu tidak bisa masuk ke Taroi. Kemudian kami sendiri juga tidak bisa keluar dari site ke Taroi. Karena apa? Kita semua pada saat itu berhadapatan dengan penyakit pandemic yang kita semua tidak paham yaitu Covid-19,” ungkap Head of Communication and External Affairs BP Indonesia Desy Unidaja.
Pada saat dirinya menjawab pertanyaan para wartawan dari Bintuni dan Fakfak dalam kegiatan Temu Media dengan SKK Migas, KKKS BP Indonesia serta Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Papua Barat.
Kegaiatan berlangsung di Lantai 4 Meetingroom Hotel Aston Niu Manokwari.
Lanjut Head of Communication and External Affairs BP Indonesia itu bahwa baru pada tahun 2022 pertengahan pihaknya melakukan riset untuk kembali menjalankan program community development.
“Sehingga masukan teman-teman wartawan dari Bintuni terkait pemberdayaan nelayan udang kampung Taroi kami tampung dan community development BP akan betul-betul melihat bagaimana kita bisa menghidupkan koperasi-koperasi di sana agar udang dapat disupplyer ke LNG.
Dan masyarakat di Taroi dapat penghasilan dan hidup lebih baik,” terangnya.
Desy Unidaja juga mengungkapkan apakah sudah 100 persen supplyer sayur, buah dan daging di Teluk Bintuni tentunya belum.
“Kalau kita lihat target AMDAL itu 65 persen sayur buah daging.
“Dalam mensupply sayur buah dan daging apakah yang dilihat itu dari 12.000 tenaga kerja yang ada sekarang. Tentunya bukan karena nanti semuanya tenaga kerja Train 3 akan dipulangkan.
Karena proyek Train 3 sudah selesai dan yang kita lihat itu hanya 1.000-an tenaga kerja operasi dan maintenance kilang Train 3 dan memang kebutuhan Train 3 hanya 1000-an tenaga kerja,” paparnya.
Desy juga menjelaskan bahwa pihak BP Tangguh juga sedang membicarakan bagaimana membuka pasar-pasar yang baru untuk mensupply sayur buah dan daging ke Train 3.
“Dan mudah-mudahan kita bisa mulai dari Taroi lagi karena pandemic Covid-19 selama ini maka kita tidak bisa lanjut atau laksanakan program community development,” ujarnya.
Desy Unidaja juga menjelaskan terkait persyaratan agar sayur, buah dan daging itu bisa diambil oleh BP di Proyek Tangguh.
“Yaitu pertama komuditi itu harus berkualitas karena kalau kita mau membeli makanan itu ada baku mutunya sehingga koperasi-koperasi itu diharapkan dapat memenuhi baku mutu itu sebelum masuk ke dalam LNG Site.
Kedua kesegaran produk dimana saya mencontohkan di Koparasi Arguni waktu itu dilakukan tes ikan ada yang kualitasnya kurang baik akibat air penampung ikan yang kurang baik.
Lalu kita membuat penyaring air pada penampungan ikan tersebut sehingga kualitasnya menjadi bagus dan akhirnya bisa dipakai atau diambil oleh LNG.
Kedepannya kita akan menentukan pasar-pasar baru di luar. Misalnya kita makan ikan dari Arguni kemudian makan sayur dari Tanah Merah Baru Teluk Bintuni itu sudah sering kita suppliyer asalkan kualitasnya sesuai dengan yang diharapkan,” pungkasnya. (ahd-IP)