IDI Bintuni Gelar Webinar Asthma Care For All (Seminar Peduli Asma Untuk Semua)

IDI Cabang Bintuni Gelar Webinar Ashma Care For All untuk memperingati Hari Asma Sedunia. IP-IST
Bagikan berita ini

Views: 43

IDI Bintuni Gelar Webinar Asthma Care For All (Seminar Peduli Asma Untuk Semua)

BINTUNI, Inspirasi – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Teluk Bintuni menggelar Webinar atau Seminar melalui daring menggunakan situs web atau aplikasi yang berbasis internet dalam rangka memperingati Hari Asma Sedunia tanggal 5 Mei setiap tahunnya, dengan tema : “Ashma Care For All” atau Seminar Peduli Asma Untuk Semua, Minggu 21 Mei 2023 yang berlangsung sekitar pukul 11.00 – 13.15 WIT.

Peserta Webinar  Peduli Asma Untuk Semua terdiri dari dokter  di RSUD Teluk Bintuni dan dokter di seluruh Puskesmas yang terdapat di kabupaten Teluk Bintuni serta  dokter spesialis.

Tema “Asthma Care For All”  dipilih karena penanganan penyakit asma yang komprehensif perlu dilakukan untuk semua kelompok usia pasien asma yaitu mulai dari usia anak-anak hingga dewasa.

Selaku moderator dalam Webinar Peduli Asma Untuk Semua dr. Alfons Dudung dan dr. Krisno sebagai tim kreatif.

Dalam Webinar Ashma Care For All, IDI Cabang Teluk Bintuni menghadirkan 3 (tiga) dokter spesialis sebagai pembicara yang berasal dari anggota IDI Cabang Teluk Bintuni yang saat ini bertugas sebagai dokter spesialis di RSUD Bintuni.

Para pembicara tersebut adalah dr. Henry Leo, Sp.A (dokter spesialis anak), dr. Wiendo Syahputra Yahya, Sp.P, FAPSR, FISR (dokter spesialis paru) dan dr. Ervan Zuhri, Sp.JP, FIHA (dokter spesialis jantung dan pembuluh darah).

Adapun materi-materi yang disampaikan para pembicara dalam Webinar tersebut meliputi materi tentang diagnosis dan penanganan asma pada anak disampaikan oleh dr. Henry Leo, Sp.A, Diagnosis dan penanganan asma akut pada orang dewasa disampaikan oleh dr. Wiendo Syahputra Yahya, Sp.P, FAPSR, FISR serta materi tentang asma kardial disampaikan oleh dr. Ervan Zuhri, Sp.JP, FIHA (dokter spesialis jantung dan pembuluh darah).

Dokter spesialis anak dr. Henry Leo, Sp.A  saat menyampaikan materi diagnosis dan penanganan asma pada anak menjelaskan, asma adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan kepekaan terhadap iritasi dan alergen yang menyebabkan penyempitan saluran udara dan peradangan kronik. Gejala asma pada anak.

“Hal ini bisa dilihat dari terdengar suara mengi atau seperti suara siulan saat menghembuskan napas, sesak napas, batuk, rasa tertekan di dada dengan karakteristik episodik (berulang), cenderung memburuk pada malam hari, dipicu oleh pencetus tertentu, dan dapat membaik dengan atau tanpa pengobatan,”  papar dr. Henry Leo, Sp.A.

Dokter Spesialis Anak itu juga menyebutkan, asma pada anak juga menyebabkan batuk yang sering dan dapat diperparah dengan infeksi virus, kesulitan bernapas saat olah raga, atau karena udara dingin maka diperlukan bantuan dokter untuk diagnosis secara tepat.

“Beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam menangani asma pada anak di antaranya tidak menggunakan obat pengontrol yang dihirup secara rutin setiap hari dan hanya mengandalkan obat  pelega seperti nebulisasi (diuap), beranggapan bahwa pemakaian obat asma inhalasi (dihirup) itu  berbahaya dan dalam jangka waktu lama menyebabkan ketergantungan, kesalahan dalam teknik penggunaan terapi inhalasi, mengabaikan penyakit komorbid atau penyakit penyerta yang dapat memperberat   gejala asma pada anak.

Seperti rhinitis alergi , rhinosinusitis, obesitas, GERD (Gastroesophageal Refluks Disease), infeksi saluran napas, serta gangguan cemas dan depresi. Diperlukan komunikasi dan diskusi  yang intensif antara orang tua dengan dokter  supaya anak dapat berada dalam kondisi asma yang terkontrol (bebas serangan asma dan tidak mengalami hambatan dalam beraktifitas dan belajar),” terang dokter spesialis anak RSUD Bintuni itu.

Sementara pembiacara kedua dr. Wiendo Syahputra Yahya, Sp.P, FAPSR, FISR menjelaskan, penyakit asma memiliki karakteristik inflamasi (peradangan) kronik saluran napas dan memiliki gejala pernapasan seperti batuk bervariasi dalam hal waktu dan intensitas, terasa berat didada, sesaka napas, terdengar bunyi ngik-ngik (mengi), gejala dapat membaik dengan atau tanpa pengobatan serta mengalami gejala yang berulang bila ada faktor pencetusnya. Gejala asma dapat memberat atau dikenal dengan istilah asma eksaserbasi (serangan asma) yang ditandai dengan perburukan gejala asma (sesak napas, dada terasa berat, batuk yang semakin sering dan terdengar bunyi ngik-ngik).

“Kemudian adanya penurunan fungsi paru  yang cepat dalam waktu yang singkat sehingga membutuhkan perubahan atau peningkatan penggunaan obat. Data Kementrian Kesehatan menunjukan tingkat asma eksaserbasi di Indonesia pada tahun 2018  mencapai 57,5 % pertahun dan 1 dari 22  orang Indonesia menderita penyakit asma.

Secara umum golongan obat asma terdiri dari  golongan obat pengontrol (controller) yang dipakai secara rutin sesuai jadwal dan golongan obat pelega (reliever) yang hanya dipakai pada saat asma eksaserbasi (serangan asma). Penanganan asma eksaserbasi (serangan asma)  perlu dimulai  segera di rumah  bila seseorang mengalami gejala asma yang memburuk  dan obat pelega yang dihirup atau yang diminum (oral) tersedia di rumah dan di  unit gawat darurat di fasilitas  pelayanan Kesehatan seperti Puskesmas dan Rumah Sakt (RS),” tutur Spesialis Paru itu.

Dokter Spesialis Paru di RSUD Bintuni itu juga mengungkapkan, tujuan penanganan asma adalah  pertama untuk mencapai asma yang terkontrol total artinya tidak mengalami gejala asma, tidak terbangun karena sesak napas ditengah malam.

“Serta tidak menggunakan obat pelega,  aktifitas fisis normal dan fungsi paru normal  dan kedua  bertujuan untuk mencegah asma eksaserbasi (serangan asma),” tambahnya.

Sedangkan pembicara ketika dokter ahli Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah di RSUD Bintuni dr. Ervan Zuhri , Sp.JP, FIHA  memaparkan, asma kardial atau asma jantung sebenarnya merupakan gagal jantung kiri yang menyebabkan bendungan di paru dan pada kondisi yang berat disertai dengan penyumbatan di saluran napas menuju paru sehingga menimbulkan gejala sesak napas yang menyerupai gejala asma pada umumnya.

“Gejala asma  kardial eperti terbangun  mendadak akibat sesak napas di malam hari setelah tidur beberapa jam (paroxysmal nocturmal dyspnea) atau sesak nafas yang memberat dengan berbaring (orthopnea) atau sesak napas yang memberat dengan aktivitas fisis (dyspnea on effort).

Seperti gejala asma pada umumnya, sesak nafas pada asma  kardial dapat disertai dengan bunyi “ngik-ngik” atau mengi pada kondisi yang berat. Asma kardial dengan asma pada umumnya harus dibedakan karena terapinya sangat berbeda. Untuk membedakan asma kardial dan asma pada umumnya diperlukan anamnesis (wawancara) dan pemeriksaan fisis yang  cermat oleh dokter, dan bila perlu  dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menunjang diagnosis asma kardial,” kata dr. Ervan Zuhri menutup presentasinya. (ahd-IP)

About Post Author

banner x600 banner x600 banner x600 banner x600 banner x600 banner x600 banner x600 banner x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *