Views: 68
Pemenuhan Standar Akreditasi RSUD Teluk Bintuni Yang Ditetapkan Kemenkes Cukup Bagus
BINTUNI, InspirasiPapua.id- Pemenuhan standar akreditasi RSUD Teluk Biuntuni yang ditetapkan Kementrian Kdpaesehatan (Kemenkes) sudah cuku bagus.
“Hal ini terlihat berdasarkan penilaian baik Daring maupun Luring dapat disimpulkan bahwa sebagaian rumah sakit RSUD Teluk Bintuni untuk pemenuhan standar akreditasi yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan sudah cukup bagus.
Tetapi berdasarkan penilaian Tim Surveior Akreditasi Rumah Sakit Damar Husada Paripurna (LARS DHP) di Rumah Sakit Umum Daerah Teluk Bintuni selama 2 hari yaitu 3 dan 4 Agustus 2023.
“Itu kami masih menunggu 14 hari untuk pengumuman resminya kira-kira capaian dari RSUD Teluk Bintuni bagaimana, harapannya Paripurna seperti yang lalu-lalu,” ungkap Ketua Tim Akreditasi RSUD Kabupaten Teluk Bintuni Drg. Weny H. Imawatie, M.Kes, Selasa (08/8/2023) kepada media ini ketika diwawancarai di ruang kerjanya di RSUD Teluk Bintuni Kilo-7 Distrik Bintuni.
Drg. Weny juga memaparkan bahwa secara jumlah SDM RSUD Teluk Bintuni sudah mencukupi dan secara kualifikasi sudah 90 persen mencukupi. Secara keseluruhan untuk persyaratan SDM kita sudah memenuhi.
“Di RSUD Teluk ada 4 spesialis dasar yaitu bedah, anak, objin serta penyakit dalam dengan jumlah dokter spesialis 9 dokter spesialis dasar. Kemudian spesialis penunjang ada 3 yaitu Radiologi, Patologi Klinik, Anastesi. Dan ditambah 4 dokter spesialis mata, THT, Jantung dan Paru.
Sehingga total jumlah dokter spesialis yang dimiliki RSUD Teluk Bintuni ada sekitar 16 dokter spesialis. Secara jumlah dokter spesialis untuk RSUD Teluk Bintuni dengan tipe Kelas C sudah memenuhi walaupun tidak menutup kemungkinan dokter spesialis ini dapat ditambah.
Kalau dokter spesialis ini ditambah maka ujung-ujungnya juga harus ada penambahan alat, ruangan serta fasilitas yang lain dan tambahan operasionalnya seperti bahan medis habis pakai dan lain-lainnya,” terang Kepala Bidang Pelayanan Umum RSUD Teluk Bintuni itu.
Weny juga menjelaskan bahwa penambahan dokter spesialis di sini berdasarkan kasus yang banyak serta rekomendasi dari Kementrian Kesehatan bahwa setiap rumah sakit harus punya unggulan tertentu.
“Keunggulan rumah sakit itu ada 9 penyakit tetapi untuk di Papua yang utama ada KJSU yaitu kanker, jantung, urunopologi serta stroke.
Contoh kita akan ada pelayanan Hemodialisa (HD) atau cuci darah merupakan tindakan medis dengan menggunakan mesin cuci darah sebagai pengganti fungsi ginjal yang rusak dalam penyaringan racun-racun hasil metabolism dalam tubuh dan sekaligus mengeluarkannya itu sangat baik sekali.
Artinya kita dapat memenuhi salah satu dari pelayanan unggulan yang memang dianjurkan oleh Kementrian Kesehatan.
Kemudian RSUD Teluk Bintuni juga mendapat bantuan Monografi yaitu salah satu bagian pelayanan cancer atau kanker bermacam-macam salah satu yang kita punya untuk mendeteksi kanker payudara secara dini.
Yang masih kurang di RSUD Teluk Bintuni yaitu KJSU untuk kanker otomatis alat pendeteksinya sudah ada.
Namun kalau kita mau naikkan tingkatan layanan sampai madya atau paripurna maka harus ditambahkan tenaga dokter sub spesialis serta juga penambahan alat-alat pendukungnya.
Sub spesialis contoh kalau kanker bukan hanya berkaitan dengan tumor dan lain-lain. Tetapi juga ada kanker darah yang boleh dikatakan itu onkologi medik atau keganasan medik.
Maka kita harus ada sub spesialisnya SPO dan juga berkaitan dengan spesialis diatasnya ada bedah onkologi, SPOG konsultan Onkologi ikutannya adalah ruangan, peralatan dan dukungan operasional lainnya.
Untuk dokter Sub Spesialis di RSUD Bintuni belum ada dan itu perlu ada. RSUD Teluk Bintuni menjadi Kelas B bisa saja tetapi harus ada persyaratan SDM, layanan dan juga fasilitas tempat tidur dan itu tergantung pemerintah daerah SUD Teluk Bintuni ini mau dibawa kemana.
Kalau memang kita diminta menjadi rumah sakit daerah Tipe B itu bisa hanya harus dikembangkan layanan supaya kunjungan pasien itu semakin banyak.
Jangan sampai kita tingkatakan kelas RSUD ini tetapi return atau pengembaliannya itu kurang.
Karena fasilitas pendukungnya tidak memadai karena memang harus serentak. Meningkatkan kapasitas rumah sakit itu otomatis ada ikutan biaya yang besar,” terang drg. Weny.
Kepala Bidang Pelayanan Umum RSUD Teluk Bintuni itu juga menambahkan bahwa RSUD Teluk Bintuni menjadi rumah sakit rujukan kabupaten.
“Kalau untuk internal Teluk Bintuni berarti dari Puskesmas dan klinik-klinik sedangkan dari internal kebanyakan dari kabupaten terdekat yaitu kabupaten Manokwari Selatan atau Mansel,” imbuhnya. (ahd-IP)