Views: 1
BINTUNI, InspirasiPapua.id– Yudha laki-laki lajang berusia 38 tahun itu merantau ke Papua Barat dari Ngawi Jawa Timur sejak tahun 2008 yaitu di Sorong kemudian pernah juga tinggal di Manokwari. Lalu ikut pamannya merantau ke Bintuni. Di Bintuni dirinya bekerja apa saja mulai dari berjualan bakso, pentolan, serta ojek dan berjualan buah.
Pada tahun 2017 dirinya pulang ke kampung halaman di Ngawi. Dan 5 tahun kemudian yaitu pada akhir tahun 2021 Yudha kembali ke Bintuni untuk mengadu nasib.
Lelaki yang sudah Yatim Piatu itu saat ini menjalani pekerjaan ojek sambil berjualan buah rambutan dan durian pada sore hari guna membayar kos dan kebutuhan sehari-harinya.
Yudha membeli buah rambutan dari petani di SP-1 distrik Manimeri sambil dibawa ke kota untuk dijual per kilo Rp. 30.000 sedangkan dirinya beli dari petani Rp. 20.000 per kilo dan mendaptkan untung Rp. 10 ribu perkilonya.
Yudha setiap hari membeli rambutan sebanyak 50 kilo untuk dijual. Sehingga keuntungan yang bisa dia peroleh setelah berjualan selama sehari lumayan yaitu kurang lebih Rp. 500 ribu.
“Tahun ini memang musim rambutan tetapi tidak banyak seperti tahun-tahun sebelumnya. Kalau tidak ada musim buah maka saya full bekerja sebagai pengojek.
Dan setelah sekian lama saya tinggalkan Bintuni dan saya baru datang dari Ngawi yaitu baru 2 bulan di Bintuni saya mencoba berjualan buah yang saya ambil dari petani di SP-1 dan saya baru berjulan buah rambutan ini baru 5 hari dan hasilnya lumayan banyak warga Bintuni yang singgah membeli. Dan kalau saya amati perkembangan Bintuni saat ini sudah lumayan bagus,” paparnya.
Yudha juga mengungkapkan bahwa dirinya pernah tinggal di Manokwari dan memiliki banyak teman di Manokwari lalu pindah dan tinggal di Bintuni karena dirinya merasa di Bintuni daerahnya aman. Selain berjualan rambutan dirinya juga berencana untuk berjualan pentolan dan bakso.
“Tetapi sekarang saya berjualan rambutan dan kalau ada buah lainnya seperti durian juga tetapi saat ini belum musim.
Saya juga pernah merantau ke Kalimantan dan Sulawesi serta Palembang waktu itu kami ikut orang tua jadi transmigrasi. Di Bintuni saya tinggal sendiri dikos-kosan depan pelabuhan Bintuni,” pungkas Yudha. (01-IP)